Selamat Datang di Situs IGI Binjai.

Dengan motto “Sharing and Growing Together“, Ikatan Guru Indonesia akan menjadi komunitas yang tepat bagi para guru dan siapa saja yang tertarik dan peduli pada pentingnya memajukan dunia pendidikan dan keguruan.
Kami berharap melalui IGI para Guru dapat berkumpul, belajar bersama dan maju bersama demi masa depan yang lebih baik.


Senin, 31 Oktober 2016

MGMP Bahasa Indonesia SMP Kota Binjai Dukung Program Guru Pembelajar

Pertemuan rutin MGMP bahasa Indonesia SMP bulan ini diadakan di SMA Taman Siswa Kota Binjai. Kegiatan ini dihadiri guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan pengurus MGMP. Sekretaris MGMP, Khairani, M.Pd membuka acara yang membahas mengenai persiapan post test tahun ini dan presentasi Inobel.

Selanjutnya Ibu Intania Permata, S.Pd selaku mentor Grup 2 GP DK sekaligus Wakil Sekretaris MGMP, memberitahukan post test direncanakan dilaksanakan tanggal 20 Desember 2016 di TUK (Tempat Uji Kompetensi). Modul 1 dan modul 2 dilaksanakan pada hari itu dengan cara log in modul 1 menjawab soal. Kemudian log out dan log in kembali menjawab soal modul 2. Harapan mentor kepada GP Grup 1 dan Grup 2 adalah GP selalu semangat menyelesaikan semua kegiatan dan tagihan sesi pendahuluan, sesi 1, sesi 2, sesi 3, sesi 4, dan sesi penutup. Selain itu, GP memahami bahan rujukan sesi 1, sesi 2, sesi 3, dan sesi 4. GP dapat mencari sumber referensi lain yang berhubungan dengan materi agar bertambah wawasan dan pengetahuan terhadap materi.

Bapak Abdullah Darmawan, M.Pd selaku ketua MGMP.menyajikan karya tulisnya yang dilombakan pada kegiatan Inobel tahun 2016. Beliau baru pulang dari Batam mengikuti workshop perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran Guru SMP. Motivasi dari beliau tentang karya ilmiah sangat ditunggu guru-guru kota Binjai.

Ibu Intania dan Bapak Abdullah merupakan anggota IGI Kota Binjai. IGI (Ikatan Guru Indonesia) memiliki visi memperjuangkan mutu, profesionalisme, dan kesejahteraan guru Indonesia, serta turut secara aktif mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dari itu, sebagai salah satu anggota IGI, mereka selalu siap berbagi info sesuai dengan motto IGI  “Sharing and Growing Together”. 




Sabtu, 29 Oktober 2016

Workshop Online SAGUSABLOG ( Satu Guru Satu Blog) GRATIS

IGI memang keren, selalu bagi-bagi ilmu yang susah didapat dan  IGI mampu memberikannya secara gratis. Telah dibuka   kelas SAGUSABLOG (Satu Guru Satu Blog) khusus anggota IGI (Ikatan Guru Indonesia).
Silahkan Anda gabung di group telegram SAGUSABLOG dengan cara KLIK: https://goo.gl/Yw5J2m untuk belajar bersama dengan rekan-rekan Guru Blogger diseluruh Indonesia, Kelas Online Perdana akan dimulai tanggal 22 Oktober 2016.
Sagusablog
Syarat mengikuti Workshop Online SAGUSABLOG sangat mudah:
  1. Instal aplikasi telegram di smartphone, leptop atau tablet.
  2. Tunjukkan no KTA IGI (Ikatan Guru Indonesia).
  3. Ikuti workshop online dengan senang hati sampai tuntas.
MATERI KELAS SAGUSABLOG:
  1. Membuat blog guru dengan engine blogger
  2. Mendesain template blog guru dengan template bawaan blogger
  3. Mengganti template blog guru dengan template dari pihak ke 3
  4. Mendesain header blog guru
  5. Mengelola Blog guru:
  • Posting laman, artikel, teks, gambar dan video
  • Membuat kategori artikel
  • Membuat menu blog guru (Profil, Perangkat KBM,
  • Kalender Akademik, RPP, Silabus, Soal Online)
  • Membuat link dalam tulisan
  • Membuat link download dari google drive
  1. Membuat soal online di google drive
  2. SEO (Search Engine Optimization) (Tingkat Lanjut)
  3. Monetize Blog (Tingkat Lanjut)
  4. Custom Domain (Tingkat Lanjut)

Jumat, 28 Oktober 2016

Ternyata IGI Tak Seperti Mimpiku Dulu


Kusairi
Terbang bersama Garuda,Terima kasih pak Dirjen GTK Kemdikbud atas bantuan Garuda Miles nya…

Ternyata IGI Tak Seperti Mimpiku Dulu
Oleh Ahmad Kusairi
Ikatan Guru Indonesia (IGI) adalah organisasi profesi yang bergerak dalam upaya penigkatan mutu guru Indonesia. “Ahh, sama saja dengan organisasi lain yang cuma banyak omong” imbuhku dalam hati. Tapi secara kebetulan aku diseret kedalam IGI yang kupikir hanya memberatkan tugas-tugasku.
Beberapa waktu ku jalani bersama IGI dan seperti orang baru nikah, aku mulai bermimpi ini dan itu.
Mimpi awalku ikut IGI ingin menjadi titik awal keseriusan ku untuk beranjak dari tempat duduk empuk yang selama ini ku duduki, bagaimana tidak! Kegiatan sehari-hari hanya berkutat dengan sekolah dan pelajaran dan memanfaatkan beberapa madia yang tersedia, itu pun bisa dihitung dengan jari. Bahkan lebih sering memberikan pelajaran hanya bermodal buku pegangan yang telah disediakan, itupun kadang jarang disesuaikan dengan RPP yang notabenenya hanya nyontek (editname-print).
Kupikir mungkin di IGI ini akan lebih membuka wawasanku untuk berkumpul dan berdiskusi dengan guru lain agar cara mengajarku lebih baik lagi.
Kupikir mungkin di IGI ini akan lebih membuka mata untuk lebih memanfaatkan media yang telah disediakan disekolah.
Kupikir mungkin di IGI ini akan lebih mengenal berbagai metode mengajar dan membuat suasana belajar menjadi lebih efektif.
Kupikir mungkin di IGI ini hayalanku untuk menulis berbagai kisah akan terpenakan dengan lebih teratur.
Kupikir mungkin di IGI ini segala yang tidak mungkin akan bisa terwujud.
Kupikir mungkin di IGI ini mimpi dan anganku menjadi kenyataan.
Ada banyak mimpi-mimpi yang terbayang sampai hal yang tidak masuk akal sekalipun dan sering kali dicemooh beberapa orang. “Biarlah…” ucapku dalam hati.
Ini akan ku ceritakan kepada kawan-kawan yang berprofesi guru khususnya yang belum menjadi anggota IGI.

Begini Ceritanya !!!
Kusairi1
Awal Oktober aku mengikuti kegiatan IGI yang bertema “TOT Literasi Berbasis IT” yang dilaksanakan di Surabaya dan inipun bagiku hanya keberuntungan dan takdir. Alasan mengapa aku yang berangkat dari 43 pengurus daerah itu takkan kuceritakan disini, pembaca akan tersenyum dan mungkin bingung.
Sedikit bocoran, Ketua IGI yang levelnya sudah Dosen, Sekretaris dan Bendahara IGI pun sdh S2. Sementara aku hanya guru standar lulusan S1. Ternyata aku yang disuruh berangkat TOT. Kan Anehhh…. !!!
Akupun menyetujuinya dan akhirnya berangkat ke Surabaya.
Hari pertama di TOT IGI, aku merasa seperti sangat kecil bahkan hanya sebutir pasir ditengah sahara. Ini sempat ku ceritakan kepada kawan disampingku yang berasal dari provinsi lain yang sebenarnya baru ku kenal beberapa menit sebelumnya.
Tapi ternyata Dia langsung menasehatiku dan membesarkan perasaanku seakan-akan sudah lama kenal.
Setelah itu aku mulai membuka mataku lebar-lebar, membuka pikiranku seluas-luasnya, mengcopy setiap materi yang kudengar kedalam hardisk otakku.
Aku mulai tumbuh dan berusaha terus tumbuh agar aku bisa menjadi seperti mereka, guru-guru hebat dipenjuru Indonesia.
Aku mulai kenal dengan beberapa istilah yang hanya ada di IGI.
Aku mulai kenal Sagusablog.
Aku mulai kenal Sagusanov.
Aku mulai kenal Sagusaku.
Aku mulai kenal Sagusakti
Aku mulai kenal Sagisandro.
Aku mulai kenal Sagusatab.
Aku mulai kenal Komik pembelajaran.
Aku mulai kenal Animasi Drawing.
Aku mulai kenal Menemu Bali
Aku mulai kenal Banyak hal di IGI

Dan juga aku mulai kenal dengan SAMSUNG yang sebenarnya sudah beberapa tahun menemaniku.
TAPI TERNYATA CEMOOH DAN CIBIRAN MEREKA DULU BENAR*
Segala mimpi dan hayalan ku bersama IGI ternyata tidak sesuai dengan yang kuharapkan.
Kupikir DULU mungkin di IGI ini akan lebih membuka wawasanku untuk berkumpul dan berdiskusi dengan guru lain agar cara mengajarku lebih baik lagi. TERNYATA di IGI ada istilah “Sharing dan Growing Together” yang lebih dari sekedar diskusi.
Kupikir DULU mungkin di IGI ini akan lebih membuka mata untuk lebih memanfaatkan media yang telah disediakan disekolah. TERNYATA di IGI kita di ajarkan membuat media sendiri, tidak hanya sekedar memanfaatkan. Oke kan !!!
Kupikir DULU mungkin di IGI ini akan lebih mengenal berbagai metode mengajar dan membuat suasana belajar menjadi lebih efektif. TERNYATA di IGI kita tidak hanya fokus ke metode, di IGI di ajarkan menggunakan IT seperti Samsung dalam pelajaran yang jarang dilakukan oleh guru, dan ini menjadi hal baru bagi siswa. Mantap kan !!!
Kupikir DULU mungkin di IGI ini hayalanku untuk menulis berbagai kisah akan terpenakan dengan lebih teratur. TERNYATA di Kanal Sagusablog bentukan IGI kita tidak hanya menulis beberapa kisah, semua kisah yang terbayang di pikiran kita langsung bisa kita tulis tanpa ada yang menghalangi. Hebat kan !!!
Kupikir DULU mungkin di IGI ini segala yang tidak mungkin akan bisa terwujud. TERNYATA menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga hanya ada di IGI, tidak ada di organisasi profesi lain, Aneh kan..!
Kupikir DULU mungkin di IGI ini mimpi dan anganku menjadi kenyataan. TERNYATA lebih dari sekedar kenyataan, itu ku alami sendiri. Penasaran kan !!!.
Sedikit bocoran lagi, Ketua IGI yang levelnya sudah Dosen, Sekretaris dan Bendahara IGI pun sdh S2. Sementara aku hanya guru standar lulusan S1. Ternyata aku yang disuruh berangkat TOT.
TERNYATA mereka tidak memanfaatkan IGI untuk jalan-jalan keluar kota, mereka benar benar ingin membuat IGI besar dan mematahkan segala cemooh dan cibiran tentang IGI. Mereka memiliki alasan memilih ku untuk ikut TOT yang sekarang sudah ku mengerti.
Itulah hebatnya IGI.
Tempat para guru-guru yang ingin berubah menjadi lebih baik.
Tempat para guru-guru hebat yang rendah diri.
Tempat para Pelatih dan duduk sejajar dengan peserta.
Tempat para pemimpin yang tidak segan duduk bersama walau hanya sekedar makan dan berfoto.
Tempat orang-orang yang ingin merubah dunia melalui pendidikan.
Terima kasih MMR
Terima kasih Ka Rose
Terima kasih A.Halim
Terima kasih Gusti Surian
Terima kasih Elyas
Terima kasih Kholiq
Terima kasih Mr.Mung
Terima kasih Mampouno
Terima kasih Abdu Sayhid (Ket)
Terima kasih Anshari (Sekr)
Terima kasih Mursyidah (Bend)
Terima kasih Semua Mentor
Terima kasih IGI
Terima kasih Semua Mitra IGI
Kami siap bergerak di depan IGI untuk merubah dunia.
ADA YANG MASIH MIKIR UNTUK MASUK IGI???

Dosen, Pejabat dan Birokrat Tidak Dibenarkan Menjadi Pengurus Organisasi Profesi Guru

Muhandjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mempertegas bahwa organisasi profesi guru harus diurus, dikelola dan pimpin oleh guru sendiri, bahkan Mendikbud pun tidak boleh menjadi penasehat organisasi guru.
Hal tersebut disampaikan Mendikbud saat menerima 36 orang guru dari Ikatan Guru Indonesia yang berdialog dengan mendikbud saat menerima audiance IGI.
“Pengurus organisasi profesi guru itu harus diurus oleh guru, dipimpin oleh guru dan dikelola oleh guru, birokrat, dosen dan pemerhati pendidikan jika tetap di organisasi guru, itu bukan organisasi profesi guru tapi hanya perkumpulan guru” kata mendikbud Muhadjir Effendy Jumat, 28 Oktober 2016 di Jakarta

“Saya rektor, Ketika saya mewisuda mahasiswa kedokteran mereka itu belum dokter, mereka harus belajar di rumah sakit, praktek bersama dokter pamongnya dan lulus setelah setelah dinyatakan lulus direkomendasikan dokter pamongnya dan jadi dokter setelah disahkan IDI sebagai organisasi profesinya, guru harusnya seperti itu ” lanjut mendikbud disambut tepuk tangan oleh IGIers (MRR)

#IGI #Mendikbud #Muhadjir #MRR

MENDIKBUD Memuji IGI Sebagai Organisasi Profesi Guru yang banyak diharapkan




Rasa syukur kami ucapkan begitu Ketua Umum IGI Muhammad Ramli Rahim memberitahukan bahwa surat yang kita layangkan ke Mendikbud hampir tiga bulan lalu akhirnya mendapatkan tanggapan. Kejadian itu tepat setelah para Tetua (baca: Pembina IGI) berdiskusi akan pentingnya menjalin silaturahmi dengan berbagai pihak, khususnya Kemendikbud di grup khusus. Ketum IGI mendapat informasi bahwa pada tanggal 28 Oktober 2016 IGI akan diterima untuk beraudiensi dengan menteri pendidikan dan kebudayaan RI, Prof. Dr Muhajir Effendi.

Bagi IGI ini adalah moment yang tepat karena kami para pengurus pusat IGI bersama-sama dengan pengurus wilayah DKI Jakarta dan Banten serta beberapa pengurus daerah bisa berkumpul dan bersilaturahmi dengan Mendikbud tepat pada hari Sumpah Pemuda. Sebuah hari bersejarah yang mempersatukan para pemuda Indonesia 88 tahun yang lalu untuk bersumpah setia demi menjaga persatuan dan kesatuan tanah air, bangsa. dan bahasanya. Semangat Sumpah Pemuda tentu saja menyelimuti hati para pengurus IGI yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia tersebut.Meski dengan biaya sendiri mereka datang dari berbagai pelosok negeri untuk berjumpa dengan sang Menteri.

Direncanakan pertemuan akan dihelat pada jam 11.00 -12.00 di ruang konferensi. Tetapi karena hari Jumat, acara diundur menjadi jam 12.45 -13.15 WIB. Namun rupanya acara Mendikbud cukup padat sehingga akhirnya terjadi penundaan sekitar enam jam dari waktu semula. Akhirnya kami bisa beramah-tamah dengan menteri selama 60 menit dari jam 17.00 -18.00. Meskipun sebagian dari kami harus merelakan diri ketinggalan pesawat dan tiket hangus sampai dua kali kami merasa puas dengan adanya silaturahmi ini. Pertemuan IGI-Mendikbud ini diharapkan bisa memberi informasi yang cukup kepada Mendikbud tentang keberadaan sebuah organisasi profesi guru yang bernama IGI langsung dari tangan pertama.

Selama setengah jam lebih ketua umum IGI memaparkan overview IGI dari A sampai Z. lntinya IGI sebagai sebuah organisasi profesi siap besinergi dengan pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Sejarah berdirinya IGI dan semua gerakan pembaharuan yang sudah dilakukan IGI dipaparkan dengan gamblang oleh Ramli. IGI bahkan sudah mempersiapkan diri dengan mewadahi para guru dengan spesiasinya masing-masing di dalam ikatan guru mata pelajaran. Mereka akan menempa diri dalam ikatan-ikatan guru mapel tersebut untuk menjadi para guru spesialis yang mumpuni.

Mendikbud nampak menyimak dengan serius overview dari Ramli. Raut muka Mendikbud yang mula-mula tampak lelah dan berpikir sangat keras perlahan mulai menjadi lebih cerah. Apalagi setelah Sekjen Kemdikbud yang duduk bersebelahan dengan Ramli menjelaskan bahwa Kemdikbud akan berlaku seadil mungkin kepada semua organisasi profesi guru. Mendikbud sempat bertanya tentang jumlah organisasi profesi guru yang ada saat ini dan dijawab aklamasi oleh audiens bahwa jumlahnya semua ada 13. Mendikbud agak terkejut juga karena tampaknya selama ini yang diketahui menteri hanya ada satu perkumpulan guru.

Pada kesempatan itu Mendikbud meminta maaf karena setelah lama baru bisa beraudiensi dengan IGI. Info tentang surat IGI tampaknya tidak segera diketahui oleh menteti sehingga terjadi penundaan waktu audiensi yang cukup lama dari sejak pertama kali surat dilayangkan. Mendikbud juga berpesan agar friksi- friksi kecil yang selama ini dialami oleh organisasi profesi anggap saja sebagai media untuk fastabiqul khairat alias berlomba lomba menuju kebaikan. Mendikbud berjanji akan mengayomi semua organisasi guru karena mereka adalah partner pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lndonesia.

Mendikbud juga menyinggung tentang linearitas dan mengkritisi pembuat peraturan tentang linearitas yang dinilai agak berlebihan. Muhajir bercerita bahwa dirinya pernah dikenai sanksi masalah linearitas karena sebagai dosen, antara gelar S-1, S-2, dan S-3 yang dimilikinya tidak ada yang linear. Karena masalah itu Muhajir mengalami penundaan turunnya gelar profesor selama lima tahun . Setelah tim penilai ditantang dan tidak bisa memberikan alasan kuat akhirnya turunlah gelar profesor tersebut.

Tentang Hari Guru Nasional yang bersamaan waktunya dengan ulang tahun salah satu perkumpulan guru, Mendikbud mengatakan bahwa hal itu sudah terlanjur diatur dalam sebuah Perpres. Jika ingin mengubahnya maka Perpres tersebut harus diganti dulu. Ke depan semuanya akan dibenahi sehingga pemerintah bisa berlaku seadil-adilnya pada semua organisasi guru.

Berbicara tentang UKG, Muhajir menilai skor UKG yang akan dipatok sebesar 80 itu tidak rasional. Itu Ibarat menyuruh seseorang untuk tiba-tiba melakukan loncatan setinggi 3 meter padahal kemampuan sebenarnya hanyalah satu setengah meter. Jadi sampai kiamat pun orang tersebut tidak akan bisa melompat setinggi 3 meter.

Muhajir juga mengatakan bahwa ke depan yang menentukan kualitas, profesionalitas, dan keberlangsungan profesi guru adalah para guru itu sendiri. Sedangkan organisasi profesi yang ada harus mewadahi para guru dengan spesiasinya. Di dalamnya harus ada sub-sub organisasi yang berisi asosiasi atau ikatan-ikatan guru mata pelajaran. Peningkatan mutu itu ada di dalam wadah-wadah spesiasi tersebut. Seperti halnya dikalangan tentara , spesiasi dimulai ketika pangkat tentara memasuki level letnan dua sampai kolonel. Spesiasi tersebut misalnya infanteri, zeni tempur, kavaleri, dan lain-lain. Selain itu organisasi profesi guru harus benar-benar berisi para profesional guru, bukan berisi para pejabat atau kepala dinas. Bahkan kalau perlu jangan memasukkan menteri atau pejabat semacamnya ke dalam jajaran dewan pembina. Menteri memuji bahwa IGI sudah mendekati sebagaimana organisasi profesi guru yang selama ini diharapkan.

Pesan menteri, guru harus fokus mengurusi anak didiknya. Guru jangan terlalu banyak meninggalkan kelas karena menatar maupun mengikuti penataran. Guru juga jangan sibuk dengan rapat-rapat organisasi sementara anak didik tidak terperhatikan dengan baik. Pendeknya guru harus cerdas menyiasati waktu agar kelas tidak terbengkelai tetapi dia tetap berkembang profesional. Demikian juga dengan penggunaan LKS . Seharusnya lembar kerja siswa (worksheet) dibuat dan dipersiapkan sendiri oleh guru karena dialah yang tahu bagaimana kondisi anak didik yang sebenarnya di dalam kelas.

Terakhir Muhajir juga berjanji akan membenahi semuanya termasuk
meminta masukan dari IGI tentang bagaimana mengurangi jumlah jam belajar siswa sehingga siswa tidak diberatkan tetapi mereka tetap belajar efektif. IGI siap untuk diajak bersinergi kapanpun ketika Kemdikbud membutuhkan sumbangsih IGI dalam membenahi pendidikan anak negeri.

Salam Sumpah Pemuda!

Mampuono
Sekjen IGI

Sabtu, 22 Oktober 2016

Kementrian Agama Siap Kerjasama Tingkatkan Kompetensi Guru bersama IGI




Jakarta (Pinmas) — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan bahwa kementerian yang saat ini dipimpinnya baru memiliki 13 Balai Diklat yang menjadi sarana peningkatan kompetensi guru. Dengan jumlah guru madrasah yang banyak, keberadaan Balai Diklat dirasa masih kurang.
Sehubungan itu, lanjut Menag, Kementerian Agama membuka diri untuk bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) dalam peningkatan kompetensi guru madrasah. “Pada prinsipnya, kami senang dan siap bekerja sama meningkatkan kualitas guru madrasah kami dengan IGI,” tegas Menag saat menerima pengurus IGI di ruang Kerja Menag, Gedung Kemenag Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (20/10).
Menurut Menag, ada dua problem mendasar guru di Indonesia. Pertama, pemerataan guru. “Kita ini terlalu banyak guru, rata-rata 1 banding 16 (siswa). Negara maju seperti Jepang saja, kalah dengan kita. Namun kita mempunyai permasalahan pada penyebarannya,” katanya.
Persoalan kedua terkait dengan kualitas guru yang harus terus ditingkatkan. Untuk persoalan ini, Pemerintah sering melakukan rapat koordinasi , bahkan dipimpin langsung oleh Presiden. “Kompetensi guru kita memang masih problematik. Karena mungkin dulu di hulu-nya, ketika memproduk guru, kita hanya belajar menguasai metodologi, cara mengajar. Kita belum menguasai konten materi ajarnya,” tandas Menag.
Kehadiran jajaran pimpinan IGI ini di kantor Kemanag dipimpin oleh Sekjen IGI Mampuono R Tomoredjo. Adapun jajaran pengurus IGI 2016-2021 yang turut hadir antara lain: TB Saiful Bahri, Nur Azizah,Tajur Zulfikar, Dahli Ahmad, Gusti Surlam, Tushanie,, Badrun FUady, Syaripudin dan Iwan Ridwan. Menag sendiri didampingi Direktur Madrasah Nur Kholis Setiawan.
Di Indonesia, ada sekitar 13 organisasi guru. IGI sendiri berdiri pada 2006 dan disahkan secara resmi oleh Pemerintah pada 2009, melalui SK Depkumham No AHU-125.AH.01.06 Tahun 2009. Pada kepengurusan 2016-2021 ini, IGI dipimpin oleh Muhammad Ramli Rahim.
Dalam menjalankan roda organisasi, utamanya pad peningkatan kompetensi anggota, IGI bekerja sama dengan beberapa perusahaan. Anggota tidak kami tarik iuran. Anggota hanya membayar Rp 50 ribu untuk membuat Kartu Tanda Anggota yang berlaku seumur hidup terang Mampuono. (G-penk/mkd/mkd)